ISTRI SHALIHAH HIASAN SURGA
Oleh : Ustadz Fauzan Abdullah ST., Lc., MA.
AISHAH, 20 Juli 2019 M / 17 Dzulqaidah 1440 H
Mengetahui Jalan
Menuju Surga Bagi Muslimah
Menuntut ilmu
adalah salah satu wasilah kita, muslim dan muslimah, agar kita mengetahui hak Allah Subhanahu wa Ta’ala, hak
Rasulullah, hukukil ibad (hak-hak sebagai seorang hamba)
lainnya, serta mengetahui jalan menuju surga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا
سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju
surga ”.
(HR.
Muslim, No. 2699)
Kenapa demikian?
Karena, tatkala seseorang mendengar hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
mendengar taujihat atau arahan, menyimak dengan
baik, insyallah akan menjadi asbabul hidayah atau
sebab-sebab hidayah. Hidayah ini lah yang menjadikan sebab seorang muslim – muslimah dapat berjalan menuju surga. Allah akan
mudahkan seorang hamba jalan menuju surga karena hamba tersebut, mengetahui tata cara dan mengetahui hak-hak seorang hamba ibad (hamba) melalui menuntut ilmu. Karena sungguh menuntut ilmu adalah wajib
bagi seorang muslim dan muslimah,
seperti
dalam hadist shohih sebagai berikut.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu
itu wajib atas setiap muslim”.
(HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh
Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)
Bagaimana jika
ingin menjadi muslimah yang berbahagia? Bagaimana menjadi muslimah yang ingin diberkahi sepanjang hidupnya? Jawabannya adalah mencari
ilmu. Maka orang yang tidak berbahagia adalah orang yang jauh dari ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ
اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barang siapa dikehendaki baginya kebaikan oleh Allah, Maka Allah
akan memberikan pemahaman
agama”.
(HR. Bukhari no. 71 dan
Muslim no. 1037).
Bagaimana agar
seorang muslimah agar dipahamkan dalam agama?. Salah
satunya, adanya keinginan dan motivasi di dalam diri untuk
belajar. Melalui belajar data menjauhkan dan menjaga suaya tidak jatuh pada kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang tidak disadari. Terlebih bagi seorang
wanita, menuntut ilmu ini sangatlah penting karena mayoritas penduduk
neraka, kebanyakan penghuninya adalah wanita, seerti
disebutkan dalam hadist nabi sebagai berikut:
اطَّلَعْتُ فِي
الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ
فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاء
“Aku diperlihatkan di surga, Aku melihat
kebanyakan penghuninya adalah kaum fakir. Lalu aku diperlihatkan neraka. Aku
melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita.”
(HR. Bukhari, no. 3241 dan Muslim, no. 2737)
Menjadi penting pula mempelajari hakikat
mengenai surga dan neraka. Selanjutnya mempelajari ilmu, memahami, dan
mengamalkan ilmu-ilmu yang ia dapat agar terus menjadi seorang muslimah yang lebih baik. Menjadi
seorang muslimah shalihah yang dapat berperan sebagai istri shalihah tentu tidak lepas dari diri yang
selalu menimba ilmu dan memperdalam pemahaman akan agama. Untuk itu, para
perempuan harus mengetahui bagaimana potret seorang muslimah dan istri shalihah, sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jelaskan dan wasiatkan bagi
perempuan agar dapat meneladani dan membawa menuju surga.
Potret
Perempuan Shalihah
Perempuan shalihah tidaklah hanya dilihat dari
rajin dan taatnya dalam beribadah kepada Allah, namun juga dalam bermuamalah
dengan orang lain, terutama dalam hal menjaga lisan. Dalam sebuah riwayat hadits menyebutkan, seorang sahabat
bertanya kepada Rasulullah, mengenai fulanah (seorang perempuan) malamnya ia mendirikan salat, siangnya berpuasa,
kemudian banyak bersedekah, akan tetapi lisannya menyakiti tetangganya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkomentar, "Dia
di neraka". Laa khaira fiiha, tidak ada kebaikan pada dirinya. Sahabat bertanya lagi, mengenai fulanah (seorang perempuan), malamnya jarang mendirikan salat (salat sunnahnya jarang), puasanya tidak begitu sering, sedekahnya sedikit jumlahnya. Akan tetapi dia
menjaga lisannya dari menyakiti tetangganya. Rasulullah berkata, "Hiya fil Jannah”, perempuan itu seorang ahli surga. Hal ini membuktikan
betapa kuatnya pengaruh lisan atau ucapan terhadap kedudukan seseorang di
akhirat nanti, karena lisan adalah tempat tergelincirnya seseorang. Seorang muslimah yang baik seharusnya menjaga
lisannya, dalam bercakap-cakap maupun berkomentar, pada jamadat (benda-benda
mati) yang ada maupun makhluqat (makhluk-makhluk hidup seperti hewan
dan manusia lain). Telah menjadi suatu tabiat perempuan yakni mudah tergelincir
pada urusan lisan. Maka dari itu seorang muslimah harus senantiasa memperhatikan
lisannya.
Perempuan shalihah juga terlihat dari bagaimana ia
bersikap, salah satunya yaitu dalam menahan amarah. Ketika marah,
seorang perempuan muslimah, sepatutnya menahan diri agar amarahnya tidak membuat ia
bersikap buruk dan berkata buruk. Kembali lagi dalam urusan menjaga lisan,
dalam keadaan amarah sering kali urusan menjaga lisan ini menjadi jauh lebih
susah. Ketika dalam keadaan marah jangan sampai seorang perempuan
mengingkari kebaikan orang lain, terutama seorang istri dengan pengingkaran
kebaikan suaminya karena perkara ini dapat menyebabkan seseorang masuk dalam
neraka. Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ
كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا:
لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟
قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ
الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا
قَطُّ
“Dan aku
melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari
ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka
bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya
kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab,
“(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami).
Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu
waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan
di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat
kebaikan darimu’.”
(HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no.
907).
Seorang muslimah juga harus mampu menjaga
diri. Seorang muslimah sepatutnya menjaga diri sebaik-baiknya terutama dalam hubungannya
dengan lawan jenis (bukan mahrom atau suaminya). Imam Hasan Al-Bashri pernah berkata bahwa
beliau lebih dapat dan lebih mudah menjaga atau dititipkan harta seseorang
untuk dijaga, dibandingkan beliau dititipi budak perempuan untuk dijaga.
Hubungan laki-laki dan perempuan memang banyak sekali celah-celahnya di mana
dapat adanya panah-panah setan.
Muslim yang baik
adalah yang dapat menunaikan hak dan kewajibannya. Seorang muslimah dalam menunaikan hak dan
kewajibannya maka diperlukan ilmu. Mempelajari
ilmu sangat penting. Peran seorang wanita yang dia belajar
agama maka dia akan tahu mana kekurangannya, mana
kelebihannya dan bagaimana kemudian dia gunakan semuanya untuk keridaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Menjadi Istri
Shalihah
Pernikahan
merupakan salah satu bentuk ibadah yang ada dalam Islam. Pernikahan memiliki
berbagai manfaat di antaranya untuk menjauhkan umat dari perbuatan dosa
yaitu pergaulan bebas.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi wasiat bagi para shahabiyat yang
mana dapat para muslimah pahami dan amalkan pula. Amalan-amalan ini dapat
membawa seorang perempuan memasuki surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا
وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا
ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima
waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga
kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka
dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga
melalui pintu mana saja yang engkau suka.”
(HR. Ahmad 1:
191 dan Ibnu Hibban 9: 471)
Salah satu yang
disebutkan dalam hadits berkaitan dengan seorang perempuan yang menjadi istri ialah dalam
taat dengan suaminya. Muslimah shalihah adalah istri yang shalihah dan menaati suaminya dalam kebaikan. Muslimah juga sepatutnya menjaga
diri juga merawat diri. Berdasarkan
hadist shohih, dikatakan bahwa,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ
وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا
يَكْرَهُ
Pernah
ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita
yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat
suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri
dan hartanya sehingga membuat suami benci”.
(HR.An-Nasai No. 3231)
Dengan demikian, dalam membangun keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, ini media atau medan jihad seorang
istri shalihah. Allah azza wa jalla berfirman dalam QS Annisa ayat 34 :
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّه
“Laki-laki (suami)
itu qawwam (pemimpin, pelindung) bagi perempuan (istri), karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari
hartanya. Mereka perempuan-perempuan saleh, adalah mereka yang taat (kepada
Allah) dan menajaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga
(mereka)”.
Disampaikan dalam
ayat tersebut para wanita yang shalihah (ashshalihat) adalah yang
tunduk dan taat (alqanitat) serta mampu menjaga (alhafizhat) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
mereka. Ashshalihat adalah yang shalihat binnafsi, shalihah dengan dirinya. Perempuan shalihah memperbaiki dirinya dengan
belajar. Alqanita adalah perempuan-perempuan yang qunut. Qunut tidak hanya sekadar taat
namun qunut adalah ketaatan, keinginan, dan kesukaan. Seorang perempuan yang qunut menjalankan apapun dengan hati yang tenang dan
senang. Alhafizhat lil ghaibi bima hafizhallah adalah perempuan yang menjaga diri dengan memimpin diri sesuai dengan
peran dan tanggung jawabnya. Seorang perempuan sebagai seorang istri, ia adalah
penanggung jawab rumah suaminya dan apa yang di dalamnya. Ayat ini menjelaskan
akan fondasi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah, yaitu suami yang shalih dan istri yang shalihah. Pada awal ayat ini pula disebutkan, arrijalu qawwamuna alannisa. Fondasi awal sebuah keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah adalah para laki-laki
sebagai qawwam para perempuan. Peranan perempuan
yakni terkhususnya istri yaitu mendukung sang qawwam, sang pemimpin, sang pelindung istri dan keluarganya dalam tiap
langkah kebaikan seperti membantu memberi pandangan dan pendapat, meringankan
beban semampunya serta menghibur juga menenangkan di kala sedih dan gundah. Wallahu ‘Alam wa Allahu yassarnaa khairan.
Ditulis oleh
: Tim Hindun Aisha Angkatan 6
(Sarah Balqis
Khairunnisa, Septiana Dewi K, Luhita Puput
Arumsari, Arum Restu Widyastuti, Lely Nur Hidayah Syafitri, Mega Ayu
Wulandari, Dyah Ayu Pratiwi, Krismaaryu Kusnul Prajati)
Jika ada kesalahan silahkan di koreksi