Label

Sabtu, Desember 14

Setiap Pagi, Baca ini! Keutamaan Membaca 'Sayyidul Istighfar', Surga?



Setiap Pagi Baca ini! Dzikir pagi petang
Diantara dzikir pagi yang diajarkan Rasulullah Shalallahu'alaihi Wa Sallam adalah membaca 'sayyidul istighfar' dengan lafal:

اَللَّهُمَّ اَنْتَ رَبِّيْ لاَ الٰهَ اِلاَّ اَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَاَنَا عَبْدُكَ وَاَنَا عَلَی عَهْدِك َ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْتُ
اَعُوْذُبِكَ  مِنْ شَرِّ مَاصَنَعْتُ اَبُوْءُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَاَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ فَاِنَّهُ لاَيَغْفِرُاذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ

"Ya Allah..
Engkau adalah Tuhanku,
Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau,
Engkau lah yang menciptakan aku.
Aku adalah hambamu.
Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku.
Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang aku perbuat.
Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku
Oleh karena itu ampuni lah aku.
Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa, kecuali Engkau."  
(HR. Bukhari)


Adapun keutamaan membacanya akan mendapat balasan surga, 
sebagaimana dalam hadist:
"Barangsiapa membacanya dengan yakin ketika petang hari, kemudian dia meninggal, maka dia akan masuk surga, demikian juga jika (dibaca) pada pagi hari." (HR. Bukhari)

Jadi, kamu sudah baca belum hari ini? Jangan lupa ya! ^^

Ref: Raehanul Bahraen, Dzikir Pagi Petang & Aktivitas Harian

Selasa, Desember 10

AISHAH (AKADEMI SHALIHAH)

ISTRI SHALIHAH HIASAN SURGA
Oleh : Ustadz Fauzan Abdullah ST., Lc., MA.
AISHAH, 20 Juli 2019 M / 17 Dzulqaidah 1440 H


Mengetahui Jalan Menuju Surga Bagi Muslimah 
Menuntut ilmu adalah salah satu wasilah kita, muslim dan muslimah, agar kita mengetahui hak Allah Subhanahu wa Ta’ala, hak Rasulullah, hukukil ibad (hak-hak sebagai seorang hamba) lainnya, serta mengetahui jalan menuju surga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: 
 
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

 “Barang Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga ”.
(HR. Muslim, No. 2699)
Kenapa demikian? Karena, tatkala seseorang mendengar hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mendengar taujihat atau arahan, menyimak dengan baik, insyallah akan menjadi asbabul hidayah atau sebab-sebab hidayah. Hidayah ini lah yang menjadikan sebab seorang muslim – muslimah dapat berjalan menuju surga. Allah akan mudahkan seorang hamba jalan menuju surga karena hamba tersebut, mengetahui tata cara dan mengetahui hak-hak seorang hamba ibad (hamba) melalui menuntut ilmuKarena sungguh menuntut ilmu adalah wajib bagi seorang muslim dan muslimah, seperti dalam hadist shohih sebagai berikut.

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”.
(HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Bagaimana jika ingin menjadi muslimah yang berbahagia? Bagaimana menjadi muslimah yang ingin diberkahi sepanjang hidupnya? Jawabannya adalah mencari ilmu. Maka orang yang tidak berbahagia adalah orang yang jauh dari ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,  
         
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
Barang siapa dikehendaki baginya kebaikan oleh Allah, Maka Allah akan memberikan pemahaman agama”.
 (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).

Bagaimana agar seorang muslimah agar dipahamkan dalam agama?. Salah satunya, adanya keinginan dan motivasi di dalam diri untuk belajar. Melalui belajar data menjauhkan dan menjaga suaya tidak jatuh pada kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang tidak disadari. Terlebih bagi seorang wanita, menuntut ilmu ini sangatlah penting karena mayoritas penduduk neraka, kebanyakan penghuninya adalah wanita, seerti disebutkan dalam hadist nabi sebagai berikut:

اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاء

“Aku diperlihatkan di surga, Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum fakir. Lalu aku diperlihatkan neraka. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita.” (HR. Bukhari, no. 3241 dan Muslim, no. 2737)

 Menjadi penting pula mempelajari hakikat mengenai surga dan neraka. Selanjutnya mempelajari ilmu, memahami, dan mengamalkan ilmu-ilmu yang ia dapat agar terus menjadi seorang muslimah yang lebih baik. Menjadi seorang muslimah shalihah yang dapat berperan sebagai istri shalihah tentu tidak lepas dari diri yang selalu menimba ilmu dan memperdalam pemahaman akan agama. Untuk itu, para perempuan harus mengetahui bagaimana potret seorang muslimah dan istri shalihah, sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jelaskan dan wasiatkan bagi perempuan agar dapat meneladani dan membawa menuju surga. 

Potret Perempuan Shalihah 
Perempuan shalihah tidaklah hanya dilihat dari rajin dan taatnya dalam beribadah kepada Allah, namun juga dalam bermuamalah dengan orang lain, terutama dalam hal menjaga lisan. Dalam sebuah riwayat hadits menyebutkan, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, mengenai  fulanah (seorang perempuan) malamnya ia mendirikan salat, siangnya berpuasa, kemudian banyak bersedekah, akan tetapi lisannya menyakiti tetangganya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  pun berkomentar, "Dia di neraka".  Laa khaira fiihatidak ada kebaikan pada dirinya. Sahabat bertanya lagi, mengenai fulanah (seorang perempuan), malamnya jarang mendirikan salat (salat sunnahnya jarang), puasanya tidak begitu sering, sedekahnya sedikit jumlahnya. Akan tetapi dia menjaga lisannya dari menyakiti tetangganya. Rasulullah berkata, "Hiya fil Jannah”, perempuan itu seorang ahli surga. Hal ini membuktikan betapa kuatnya pengaruh lisan atau ucapan terhadap kedudukan seseorang di akhirat nanti, karena lisan adalah tempat tergelincirnya seseorang. Seorang muslimah yang baik seharusnya menjaga lisannya, dalam bercakap-cakap maupun berkomentar, pada jamadat (benda-benda mati) yang ada maupun makhluqat (makhluk-makhluk hidup seperti hewan dan manusia lain). Telah menjadi suatu tabiat perempuan yakni mudah tergelincir pada urusan lisan. Maka dari itu seorang muslimah harus senantiasa memperhatikan lisannya. 
Perempuan shalihah juga terlihat dari bagaimana ia bersikap, salah satunya yaitu dalam menahan amarah.  Ketika marah, seorang perempuan muslimah, sepatutnya menahan diri agar amarahnya tidak membuat ia bersikap buruk dan berkata buruk. Kembali lagi dalam urusan menjaga lisan, dalam keadaan amarah sering kali urusan menjaga lisan ini menjadi jauh lebih susah. Ketika dalam keadaan marah jangan sampai seorang perempuan mengingkari kebaikan orang lain, terutama seorang istri dengan pengingkaran kebaikan suaminya karena perkara ini dapat menyebabkan seseorang masuk dalam neraka. Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 

وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.”
(HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).

Seorang muslimah juga harus mampu menjaga diri. Seorang muslimah sepatutnya menjaga diri sebaik-baiknya terutama dalam hubungannya dengan lawan jenis (bukan mahrom atau suaminya). Imam Hasan Al-Bashri pernah berkata bahwa beliau lebih dapat dan lebih mudah menjaga atau dititipkan harta seseorang untuk dijaga, dibandingkan beliau dititipi budak perempuan untuk dijaga. Hubungan laki-laki dan perempuan memang banyak sekali celah-celahnya di mana dapat adanya panah-panah setan. 
Muslim yang baik adalah yang dapat menunaikan hak dan kewajibannya. Seorang muslimah dalam menunaikan hak dan kewajibannya maka diperlukan ilmu. Mempelajari ilmu sangat penting. Peran seorang wanita yang dia belajar agama maka dia akan tahu mana kekurangannya, mana kelebihannya dan bagaimana kemudian dia gunakan semuanya untuk keridaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 

Menjadi Istri Shalihah 
Pernikahan merupakan salah satu bentuk ibadah yang ada dalam Islam. Pernikahan memiliki berbagai manfaat di antaranya untuk menjauhkan umat dari perbuatan dosa yaitu pergaulan bebas.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam   memberi wasiat bagi para shahabiyat yang mana dapat para muslimah pahami dan amalkan  pula. Amalan-amalan ini dapat membawa seorang perempuan memasuki surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam   bersabda, 

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.”
(HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471)

Salah satu yang disebutkan dalam hadits berkaitan dengan seorang perempuan yang menjadi istri ialah dalam taat dengan suaminya. Muslimah shalihah adalah istri yang shalihah dan menaati suaminya dalam kebaikan. Muslimah juga sepatutnya menjaga diri juga merawat diri.  Berdasarkan hadist shohih, dikatakan bahwa,  

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci”.
(HR.An-Nasai No. 3231)

Dengan demikian, dalam membangun keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, ini media atau medan jihad seorang istri shalihah. Allah azza wa jalla berfirman dalam QS Annisa ayat 34 : 

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّه 
“Laki-laki (suami) itu qawwam (pemimpin, pelindung) bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Mereka perempuan-perempuan saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menajaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)”. 
Disampaikan dalam ayat tersebut para wanita yang shalihah (ashshalihat) adalah yang tunduk dan taat (alqanitat) serta mampu menjaga (alhafizhat) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. Ashshalihat adalah yang shalihat binnafsishalihah dengan dirinya. Perempuan shalihah memperbaiki dirinya dengan belajar. Alqanita adalah perempuan-perempuan yang qunutQunut tidak hanya sekadar taat namun qunut adalah ketaatan, keinginan, dan kesukaan.  Seorang perempuan yanqunut menjalankan apapun dengan hati yang tenang dan senang. Alhafizhat lil ghaibi bima hafizhallah adalah perempuan yang menjaga diri dengan memimpin diri sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya. Seorang perempuan sebagai seorang istri, ia adalah penanggung jawab rumah suaminya dan apa yang di dalamnya. Ayat ini menjelaskan akan fondasi keluarga sakinah, mawaddahwarahmah, yaitu suami  yang shalih dan istri yang shalihah. Pada awal ayat ini pula disebutkan, arrijalu qawwamuna alannisa. Fondasi awal sebuah keluarga sakinah, mawaddahwa rahmah adalah para laki-laki sebagai qawwam para perempuan. Peranan perempuan yakni terkhususnya istri yaitu mendukung sang qawwamsang pemimpin, sang pelindung istri dan keluarganya dalam tiap langkah kebaikan seperti membantu memberi pandangan dan pendapat, meringankan beban semampunya serta menghibur juga menenangkan di kala sedih dan gundah. Wallahu ‘Alam wa Allahu yassarnaa khairan. 



Ditulis  oleh : Tim Hindun Aisha Angkatan 6 
(Sarah Balqis Khairunnisa, Septiana Dewi K, Luhita Puput Arumsari, Arum Restu Widyastuti, Lely Nur Hidayah Syafitri, Mega Ayu Wulandari, Dyah Ayu Pratiwi, Krismaaryu Kusnul Prajati) 
 
 Jika ada kesalahan silahkan di koreksi

Rabu, November 13

Sampai Bertemu Kembali

(Sajak ini teruntuk habibaty, tercinta yang kembali pulang ke kampung halaman. Pertemuan yang indah, semoga kembali bertemu dengan cara yang indah mungkin  di dunia, atau di kehidupan yang lebih kekal kelak yang semoga bisa kembali reuni di syurgaNya.. Aamiin)

Malam itu..

Kita membuat kenangan baru Mungkin bagimu biasa saja
Tapi detik itu.. aku ingin mengenalNya
Disaksikan senja yang perlahan berwujud warna.
Masih tentang senja yang sama.
Dilangit yang sama..

Lalu, ke,[mbali mengenang waktu pertama kita bersua.
Ah begitulah perpisahan.
Selalu ingin kembali memutar waktu
Mengulang sejarah  darimana hulu waktu itu bermulai ?
Saat detik-detik berjalan beriringan
Lalu takdir menemu..
Kapan kah itu ?
Dimana kah itu?
Ah, sekali lagi aku lupa
Aku bukanlah orang yang mudah mengingat-ingat sesuatu
Apalagi waktu itu aku anggap kau sama seperti yang lainnya
Menyesal sekali!
Jika ternyata dihilir kau akan meninggalkan pesan
Tau gitu, kuukir kenangan kita sejak pertama bersua

Tapi, satu hal yang kuingat darimu
Kita bertemu pada takdir yang sama
Allah pertemukan dalam taman-taman surga dunia
Lalu kita merajut ilmu
Mulai hati itu aku mengenalmu
Meski ku tak ingat pasti berapa tanggalnya atau tepat hari apa

Dulu, kau tak spesial bagiku
Itu saat sebelum kudengar langsung mutiara-mutiara darimu

Tapi, Allah berkehendak lain
Kau ikut ambil bagian dari proses hidupku
Lalu, perlahan kita merajut makna
Bertukar nasehat sejak kala itu
Meski lebih banyak aku yang menerima

Baiklah, kakak
Mulai hari ini senja ini yang akan mengingatkan kita
Kuharap kau pun begitu
Meski aku, bahkan sedikit pun tidak tersisa di ingatanmu
(Kurasa karena kau memang istimewa di hati banyak orang, dan aku mungkin jauh dari itu)
Kau tak disini tapi ketulusanmu masih membekas disini
Tapi, Aku akan ingat selalu nasehatmu
Terimakasih sudah ambil bagian dari waktu ku..
Aku harap kita bertemu
Jika bukan dengan fisik kuharap nasehat-nasehat itu mempertemukan kita
Akan ku ingat saat kita makan sepiring bersama
Dan kuharap kelak di surga kita kembali mengulangnya..
Meskipun aku tak tau apakah aku bisa masuk kesana
Tapi aku harap jika kamu berada disitu dan tak menemukan ku, kau sudi mencariku
Sudah larut..
Apa kabar kau disana
Semoga Allah menjagamu :)

Yogyakarta, 7 Mei '19

‌Wahai Diri

‌Wahai Diri

Pesan itu selalu datang
lewat berbagai macam cara.
Tak bisa kau tebak, tak bisa kau duga.
Ia terus menghampiri.
Peringatan itu selalu hadir
Dalam segala kondisi pun situasi
Hanya saja panca indera kita  tak pernah peka
Atau kita terlalu aman dengan merasa sudah melakukan kebaikan?

Padahal..
Tak ada yang bisa menjamin amal  itu akan diterima
Siapa yang menjamin dirimu ikhlas terbebas dari riya?
Sedangkan syaitan setiap detiknya membujukmu saat kau lena.
Peringatan itu selalu menggema!
Entah dari kesulitan yang kau hadapi,
Atau musibah yang kau alami
Sudahkah kau renungi?
Seberapa banyak kesalahan diri ?

Tapi kau lagi-lagi tak pernah peduli
Nikmat  pendengaranmu, penglihatanmu, dan tubuhmu..
Malah kau tulikan, butakan, bisukan, cacatkan!
Pantaskah?
Dimana akal sehatmu wahai diri?
Tak adakah rasa syukur dengan memberikan hak Tuhanmu ?
Sedangkan Tuhanmu
Tak pernah lelah memenuhi Oksigen untuk kau hirup
Tak pernah berhenti mengalirkan darah untuk kau hidup
Atau mendetakkan nadimu hingga kau sanggup berdiri saat ini!
Allahu Akbar!

Lalu kau?
Kenapa masih saja terpaku dalam kubangan dosa?
Wahai diri,
Sudah taukah kemana tempat kembali?
Sadarkah engkau berlipat-lipat derajat panasnya api neraka?
Berlipat-lipat pula indahnya syurga?
Lalu, kearah mana kah kau langkahkan kaki?
Ada yang salah..
Ada yang salah..
Ada yang salah..
Dengan hati
Terlalu banyak dosa,
pantas saja hatimu tertutupi!
Hingga tak dengar peringatanNya

Wahai diri!
Bertaubatlah
Kembalilah padaNya dengan sebenar-benar taubat!
Belum terlambat
Semoga itu, mengarahkan kakimu menuju tempat kembali yang hakiki (syurga)

Santren, 3 Muharram 1441 H

Setiap Pagi, Baca ini! Keutamaan Membaca 'Sayyidul Istighfar', Surga?

Diantara dzikir pagi yang diajarkan Rasulullah Shalallahu'alaihi Wa Sallam adalah membaca ' sayyidul istighfar' denga...